
Beberapa hari kemudian Zumi mengunjungi desa dengan jalan kaki, naik speed boat dan sepeda motor. Dari satu desa ke desa lain dia mendapat sambutan meriah, sulit bagi masyarakat untuk membedakan apakah seorang bupati yang sedang mengunjungi mereka, atau seorang artis bernama Zumi Zola.
Kegiatan Zumi Zola mendapat sambutan meriah baik di daerahnya sendiri hingga merambah ke kabupaten lain. Ketika menghadiri pembukaan MTQ di Kerinci, begitu antusiasnya warga ingin melihat atau bersalaman dengan “Sang Pangeran dari Kampung Manggis” ini, begitu juga saat acara di kampus UNJA, para mahasiswa histeris menyambut Zumi Zola.
Dalam waktu relative sangat singkat, langkah yang dilakukan Zumi Zola sebagai bupati membangun citra positif di tengah masyarakat. Apalagi kegiatan-kegiatan tersebut dipublikasikan secara luas melalui Humas Setda Tanjab Timur dan berbagai media massa.
Dalam teori-teori dasar komunikasi politik langkah yang dilakukan Zumi Zola dan Humasnya termasuk ke dalam teori jarum hipodermik (hypodermic needle theory) bahwa pesan politik apapun yg disampaikan kepada khalayak, apalagi melalui media massa, pasti menimbulkan efek positif berupa citra yang baik, penerimaan atau dukungan.
Persoalan sekarang, apakah Zumi Zola popular di mata masyarakat Tanjung Jabung Timur dan Provinsi Jambi, karena prestasinya sebagai artis atau sebagai bupati? Jika dia popular saat ini karena keartisannya, Zumi harus bekerja keras agar kepopuleran itu diikuti dengan prestasi atau pencapaian sebagai bupati Tanjung Jabung Timur.
Terdapat ratusan masalah yang harus diselesaikan Bupati muda ini, diantaranya masalah infrastruktur dasar seperti pembangunan jalan, jembatan, air bersih dan lainnya. Di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, sekitar 50 persen desa dari total 63 desa di kabupaten tersebut, tidak bisa dijangkau dengan transportasi darat. Masalah penyediaan air bersih juga belum dapat dientaskan dari wilayah itu.
Kalau Zumi mau memfokuskan perhatian pada pembangunan infrastruktur dasar ini, dan berkorban tenaga untuk mengunjungi seluruh desa selama lima tahun ke depan, ini akan menjadi modal yang cukup besar agar dia bisa ‘naik kelas’ untuk bertarung merebut kursi Gubernur Jambi tahun 2015 mendatang.
Namun ada sedikit suara sumbang menyangkut putus-nya hubungan Zumi Zola dengan pacarnya Ayu Dewi. Meski ini masalah pribadi, karena Zumi Zola pejabat publik, persoalan pun memasuki ranah dan konsumsi publik. Masyarakat merasa berhak untuk tahu. Tapi sayangnya, Zumi tak berkenan menjawab satupun pertanyaan wartawan berkenaan masalah tersebut.
Meski beberapa hari kemudian. Zulkifli Nurdin –Bapak Zumi Zola yang juga Mantan Gubernur Jambi– mengundang beberapa wartawan di Kampung Manggis untuk menjelaskan persoalan tersebut, dan masalah putusnya Zumi dengan Ayu dianggap telah selesai dan jelas, namun orang banyak mengharapkan statemen itu keluar dari mulut Zumi Zola sendiri bukan dari bapaknya.
Memang sah-sah saja bila yang menjelaskan masalah tersebut adalah bapak atau keluarga Zumi karena masalah tersebut termasuk wilayah pribadi, namun perlu dipikirkan apakah seorang Bupati sekelas Zumi akan seterusnya seperti itu? Tidakkah ini akan memperkuat sinyalemen bahwa di belakang Zumi ada ‘bupati-bupati’ lain? Mudahan sinyalemen itu keliru. (Mursyid Sonsang, Ketua PWI Cabang Provinsi Jambi)
0 komentar:
Posting Komentar